Lagi-lagi aku terlambat menyadarinya. Buku kelima, keenam, dan ketujuh dari seri Sword Art Online karangan Kawahara Reki ternyata sudah beres diterjemahkan di Baka-Tsuki! Begitu aku sadar akan hal ini, kayak biasa, aku langsung membuka tampilan full text-nya dan menyimpan masing-masing file terjemahan bahasa inggris HTML-nya ke HD kompi.
Tadinya aku mencari-cari waktu yang tepat untuk membaca. Tapi aku
super suntuk beberapa hari lalu, dan akhirnya membaca keseluruhan
ceritanya dalam satu hari sampai tamat (pada saat aku semestinya kerja).
PvP
Phantom Bullet yang mencakup buku lima dan enam, berlatar enam bulan sesudah insiden di Fairy Dance.
Pegawai pemerintah bernama Kikuoka Seijurou, yang dulu menjadi bagian dari divisi pemerintah untuk menanggulangi insiden SAO, secara khusus meminta Kirito, alias Kirigaya Kazuto, untuk kembali berhadapan dengan bahaya dalam dunia virtual. Kali ini di dunia post apocalypse penuh senjata api bernama Gun Gale Online (GGO).
GGO dikisahkan merupakan salah satu dunia virtual baru yang tercipta menyusul terlepasnya <The Seed> Nexus pada akhir Fairy Dance.
Kenyataan ini memungkinkan peralihan seorang karakter dan semua statnya
di satu permainan virtual, ke permainan virtual lain yang sama-sama
dibuat berdasarkan The Seed.
Tujuan Kirito adalah menemukan seorang pemain yang menyebut dirinya Death Gun,
yang menurut Kikuoka, telah melakukan serangkaian tindakan aneh di
dunia virtual yang, entah dengan cara apa, diduga mengakibatkan kematian
di dunia nyata.
Siapa sebenarnya Death Gun? Bagaimana mungkin ia melakukan ‘pembunuhan’ di dunia virtual sementara konsol Amusphere yang menggantikan NervGear sesudah insiden SAO secara teruji telah dinyatakan aman?
Aku tak akan membeberkan lanjutan ceritanya. Secara agak mengejutkan,
ceritanya… entahlah, agak kalah mengesankan dibandingkan plot buku-buku
terdahulu. Narasinya masih tetap kuat. Tapi sesudah membaca dua buku
ini, dengan jelas bisa kukatakan kalau ternyata kemampuan karakterisasi
Kawahara Reki-sensei agak bermasalah. Tetap berbobot sih, cuma… rasanya
agak kering dan terlalu serupa dengan pola-pola karakter di keempat buku
SAO terdahulu (apalagi menurutku kualitas Fairy Dance memang agak berat buat ditandingin).
Tapi terlepas dari itu, Phantom Bullet masih mengetengahkan segala hal yang bisa kau suka dari SAO
kok. Permainan virtual yang kaya dan eksotis, ancaman bahaya yang
sangat nyata, serta karakter-karakter yang memikul beban masa lalu
mereka masing-masing (meski memang agak terlalu didramatisasikan).
Banyak tokoh lama yang sebelumnya berperan dalam buku-buku terdahulu
tampil kembali kali ini. Sebuah kejadian di Phantom Bullet
secara tak terduga juga mengingatkan Kirito akan satu aspek kenangannya
di SAO, yang selama ini telah ditekannya tanpa sadar. Mungkin ini awal
dari sebuah subplot baru yang akan bersambung ke buku-buku berikutnya?
Lalu Kirito juga berjumpa dengan seorang tokoh (perempuan) baru bernama Sinon, yang keterlibatannya dalam GGO dilandasi suatu alasan yang jauh lebih dalam dan pribadi dari yang siapapun bayangkan…
Meski tak terlalu diceritakan secara mendalam, GGO sekali lagi
merupakan VRMMORPG yang tak kalah memikatnya dibandingkan SAO dan ALO.
Latarnya di dunia masa depan gersang yang dipenuhi oleh puing-puing
peradaban manusia modern, pada masa sesudah kapal-kapal besar yang
menjelajahi alam semesta kembali berpulang dari angkasa raya. Fokus
permainannya terdapat pada penggunaan senjata-senjata proyektif, mulai
dari senapan-senapan berpeluru padat yang dimodelkan dari
senjata-senjata yang ada secara nyata, sampai pistol-pistol futursitik
yang menembakkan sinar. Ada semacam AR yang mempengaruhi akurasi
serangan, perhitungan kerusakan, dan sebagainya. Lalu ada medan
pelindung dan perisai yang sedikit banyak melindungi para pemainnya saat
menjadi sasaran.
Untuk alasan mereka masing-masing, Kirito dan Sinon dikisahkan mengikuti turnamen Bullet of Bullets
yang secara berkala akan menentukan peringkat pemain-pemain elit dari
GGO. Kirito, yang tak terbiasa menggunakan senjata-senjata tembak, serta
ketetapan sistem yang membuat gaya permainan setiap pemain sangat
bergantung pada arah pengembangan parameter statistik yang ia pilih,
kembali jadi harus berhadapan dengan suatu tantangan tersendiri.
Kedua buku Phantom Bullet melanjutkan pembeberan aftermath dari insiden SAO, sekitar setahun sesudah insiden tersebut berakhir. Tapi walau kualitas ceritanya agak… begitu, ada lumayan banyak foreshadowing
yang kedua buku ini berikan. Terutama dengan penegasan dari beberapa
tokoh antagonis soal bagaimana semua ini sebenarnya masih jauh dari
berakhir.
Kualitas terjemahan dari tim Baka-Tsuki, pada saat aku menulis ini,
sama sekali tak buruk, meski terlihat jelas betapa upaya penerjemahan
dua buku ini dilakukan oleh banyak orang.
Mother’s Rosario, di sisi lain, merupakan buku yang memberikan fokus khusus kepada Asuna, alias Asuna Yuuki, kekasih Kirito yang telah menyelesaikan masa rehabilitasinya sesudah insiden ALO di Fairy Dance.
Asuna dihadapkan pada serangkaian dilema terkait keluarganya, terutama
ibunya, soal bagian hidupnya yang kini tak dapat lagi terpisahkan dari
dunia virtual. Lalu ketika ia berbincang-bincang dengan kawan-kawan
dekatnya di ALO, secara tiba-tiba, topik pembicaraan tentang Zekken, tokoh yang menjadi fokus cerita di buku ini, mencuat.
Buku ketujuh ini adalah tentang kemunculan pemain baru tersebut di
ALO dan pertemuan Asuna dengannya. Pertemuan tersebut kemudian mengubah
pandangan dan jalan hidup sejumlah tokoh utama secara tak disangka.
Di buku ini kita lebih banyak disuguhi aksi dari dunia ALO baru yang telah mendapatkan tambahan Aincrad, kastil terbang sisa-sisa SAO yang diintegrasikan ke dalamnya. ALO dikisahkan juga telah mengimplementasikan sistem sword skills
yang dulu menjadi fitur utama SAO. Secara keren kali ini turut bisa
dikombinasikan dengan fitur terbang para pemain, dan tanpa segala aspek
mencurigakan dari yang dulu SAO miliki. Kita juga mendapatkan sudut
pandang lain terhadap dunia Kirito dan kawan-kawannya, karena ceritanya
sepenuhnya diambil dari sudut pandang Asuna, dengan sisi drama dunia
nyata yang lebih berat daripada sebelumnya.
Secara garis besar, ini salah satu cerita SAO yang paling
berkesan buatku, bukan hanya karena aspek sains fiksinya yang menurutku
kental. Apalagi saat terindikasi bagaimana Zekken dan kawan-kawannya
mungkin telah berada dalam dunia virtual jauh lebih lama dari para
mantan pemain SAO sekalipun…
Virtuality
Buku kedelapan SAO, yang pada dasarnya merupakan buku
kumpulan cerita pendek kedua dari seri ini, sayangnya masih baru
diterjemahkan sebagian. Buku bertajuk Early and Late
ini mengambil rentang waktu agak panjang, karena mencomot cerita dari
masa-masa aktifnya SAO serta masa-masa sesudah peralihan para mantan
pemainnya ke ALO.
Tapi aku perhatikan, baik di buku ini maupun di buku-buku terdahulu,
sepertinya ada pembangunan subplot besar-besaran untuk bab cerita SAO yang terkini, yang sejauh ini dikenal sebutan Alicization Arc.
Kelihatannya akan ada game baru lagi yang akan diperkenalkan, yang jauh
lebih dalam dan jauh lebih memutar realita dari apa-apa yang sudah
disuguhkan sejauh ini.
Oke. Itu cuma pengharapanku saja. Aku benar-benar tertarik untuk membacanya pas tuntas dan tak sanggup mencari spoiler sih.
Eniwei, mungkin karena efek membaca tiga buku sekaligus dalam satu
waktu, ada dampak lumayan besar yang kurasakan sesudah membaca ketiga
buku ini. Gimana ngejelasinnya ya? Intinya, bila seseorang tahu bahwa
dunia yang dihuninya merupakan dunia virtual, maka secara alami dia akan
terdorong untuk mengetes batasan-batasan sistemnya sejauh mana kan?
Membandingkan sejauh mana kemiripannya dengan dunia nyata? Jadi,
seandainya seseorang tiba-tiba saja diberitahu bahwa dunia yang selama
ini dihuninya tak nyata, intinya, dia bakal mempertanyakan kembali tentang apa-apa yang sebenarnya mungkin dan enggak mungkin baginya ‘kan?
Aah, sial. Bahasannya jadi ke apa yang film The Matrix dulu angkat lagi. Sudahlah. Susah menjelaskannya.
Eniwei, aku penasaran cerita adaptasi anime-nya yang akan tayang pada
musim panas nanti akan dibuat sampai sejauh mana. Aku tak tahu apa
masih akan bagus sih. Tapi kuharap tetap akan ada makna mendalam yang
seri ini berusaha sampaikan.
(Death Gun? Dia salah seorang yang masih tersisa dari Laughing Coffin.)
Kamis, 29 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar